Ternyata Inilah yang Terjadi pada Media di Indonesia, Ini Cara Menyikapinya!

BANGUN DARI HIBERNASI

Intro...
Namaku Mhis dan disinilah perjalananku dimulai kembali. Aku bangun dan tersenyum untuk menyambut pagi yang cerah kala itu, sembari berkata "Selamat pagi hariku yang baru". Namun tiba-tiba *brak*... HP ku terjatuh dari tempat tidur, untuk yang ke sekian (puluh) kalinya hal ini terjadi. Hmm, seperti yang sudah-sudah, tapi... kali ini berbeda, layarnya retak dan tak bisa dipencet lagi, untungnya home screenku berupa waifu masih waras untuk dipandang. Memang aku sudah memprediksi harus membeli HP baru, karena baterainya bocor dan harus menggunakan alat bantu berupa Power Bank yang bahkan lebih besar dari HPku sendiri *sad*. Akhirnya aku hidup tanpa alat komunikasi dan dari sinilah aku terinspirasi untuk berbagi cerita ini.

Perjalanan pun dimulai...
Sebulan tanpa HP bukanlah sesuatu yang mudah pada awalnya, apalagi jika harus dialami oleh seorang remaja kelas 12 akhir yang harus bersiap menuju jenjang universitas. Darimana aku bisa mendapat informasi lagi? Bagaimana aku menghubungi orang tua dan teman? Dan yang terpenting bagaimana caraku untuk terhubung ke internet? Meski ada laptop pun tak bisa lagi menggunakan hotspot.

Aku berasal dari Kalimantan Utara, tapi aku sekolah dan berasrama selama 3 tahun di Kalimantan Timur. Saat kelulusan aku harus langsung ke surabaya untuk bimbel persiapan ujian. Tapi aku tak menyangka akan melakukannya tanpa HP dan alat komunikasi apapun. Bayangkan saja, aku benar-benar seperti "anak hilang" yang tak bisa mengakses apapun dan menghubungi siapapun. Untuk belajar pun semua menjadi terkendala karena tidak ada koneksi internet. Mediaku benar-benar terbatasi. Sad, but true. seakan-akan setengah dimensi hidupku menghilang. Saat malam, aku benar-benar merasa kesepian di kost-an, mungkin aku harus mengajak main mba kunti yang sedang menatapku dengan iba dari sudut langit-langit. Hai kunti, haruskah aku beli kartu uno agar kita bermain menghabiskan waktu, meski kutahu dirimu tidak bisa bermain uno.

Setelah menjalani hari-hari yang berat sebagai anak hilang, akhirnya aku bisa mencari spot "free wifi". Untunglah hanya dengan bermodus memesan secangkir kopi, laptopku bisa terhubung lagi untuk me-recharge kehidupan antar dimensiku.

Selama menjalani hidup seperti larry, banyak hal yang aku sadari. Keadaan ini menyadarkanku akan sesuatu yang penting. Sesuatu yang penting itu adalah, media sosial sebenarnya tidak terlalu penting!. Tapi, aku tidak bisa serta-merta berkata demikian. Well, hidupku memang terasa sangat berat pada awalnya. Mulai dari belajar, browsing, refresing, chatting, dan communicating, semua itu sangat vital dan memang sangat berat pada awalnya. Namun, bukan berarti kita akan mati saat kehilangan itu bukan?. Itu semua tentang gaya hidup saja. Its all about lifestyle!

Pasti sulit pada awalnya karena kita kehilangan gaya hidup kita secara tiba-tiba. Namun pada akhirnya, kita akan memulai kebiasaan baru lagi dengan mengeluarkan medsos dari menu sehari-hari kita. Well, ada hal yang yang sangat penting disini bahwa selama saya hidup tanpa HP, saya masih dapat mendengar kabar tentang kapan malam nisfu sya'ban, kasus ahok, aksi bela islam, berbagai tulisan yang menurut sebagian orang menyebutnya "bijak", kabar naik turunnya saham, politik internasional, dan lainnya. Bahkan jika ditanya, saya lebih tahu kasus-kasus tersebut daripada mereka yang senantiasa tak lepas dari layar hpnya. Well, is that cheat? How do i know, even i just onlines less than 5 hours in a week?

Kuncinya adalah mindset! Saya sebagai pribadi yang kepo tentu tidak akan bisa diam saja saat negara tercinta ini diterpa berbagai kasus. Meski tanpa HP dan medsos, saya masih bisa membaca koran yang terdapat di stasiun saat menunggu kereta, gratis tentunya. Saya masih bisa mencari "warkop free wifi" untuk mendownload soal-soal untuk saya belajar yang kemudian saya print menjadi tumpukan kertas yang tebalnya mencapai 10cm. Saya masih bisa berpikir secara logis dan rasional daripada membaca komentar opini dari suatu media online yang seringkali menyesatkan dan memihak. Tanpa merasa sombong sedikitpun "Come on, if im wrong, how do i know better than my friends about many issues that happend?" Is it time to wake up, and let us think in a minute. "Worth it" kah menghabiskan waktumu demi media sosial?

Rasanya media ini sudah tercemar oleh manusia-manusia yang mindsetnya prematur. Lihat saja komentar dari artikel yang menyinggung SARA, anda bisa menyimpulkan sendiri bagaimana fanatisme begitu terasa. Kita perlu berbenah! Jangan masuk ke medsos hanya untuk mengujar status kebencian dan radikalisme terhadap golongan tertentu yang membuat kebhinekkan kita terancam. Anda tau Demian yang tampil dalam ajang American Got Talent? Lihat saja komentar-komentar dari warga indonesia disana, yang menurut saya sangat tidak dewasa!.

Sebelum saya sedih lebih dalam lagi, tolong beri saya kesempatan untuk mengingatkan seluruh masyarakat Indonesia bahwa kita adalah negara penganut demokrasi dengan jumlah penduduk yang sangat besar. Jangan senang dulu, karena ini bisa menjadi petaka bagi kita. Bayangkan saja jika ada sebuah kelompok yang 90% isinya orang bodoh, jika kelompok itu menganut demokrasi tentu kebijakannya dimenangkan oleh kelompok mayoritasnya tak berakal tersebut. Sangat sedih membayangkan apabila misalnya undang-undang dibuat dengan metode demokrasi yang seperti itu. Bukan hanya undang-undang tapi segala jenis kehidupan sosial kita akan dikuasai dan diatur oleh peraturan yang bodoh. Marilah kita bangun dari kebodohan, marilah menggali potensi dari banyaknya jumlah rakyat indonesia ini dengan menyatukan mindset kita untuk memajukan Indonesia.

Well, kita gak hanya butuh orang cerdas. Kita juga butuh penggerak yang berkarakter pancasila. Jadi mulailah dengan diri sendiri untuk mewujudkan semangat persatuan itu. Tinggalkan lah cara konvensional dalam berdebat kusir tentang konspirasi, tidak ada gunanya!. Bijaklah dalam menggunakan media sosial. Kita tau bahwa semua agama itu baik, jadi janganlah suka menjadi "oknum" dan memperkeruh segala sesuatunya. Ingat bahwa setiap yang anda lakukan membawa indentitas anda, kelompok anda, bahkan negara ini. Jadilah masyarakat pembangun sahur, untuk membangunkan orang-orang yang masih tertidur dari kebenaran. Pukulah kentongan dengan nada yang indah sehingga orang yang anda bangunkan tidak tersinggung dan menambah masalah. Jika orang hendak berpuasa, maka ia harus bangun dan mempersiapkannya dengan sahur. Begitu pula dalam etika di dunia maya, jika seseorang hendak menggunakan media sosial, maka ia harus mempersiapkan pola pikir pancasila agar terhindar dari mudharatnya. Ketahuilah bahwa media sosial merupakan panggung laga yang berbahaya.


Sepongbob: Patrick kira-kira berapa jumlah orang pintar di indonesia?
Petrik: hmmmmmmmmm... 10.

-Khalifah Mhis


Dipersilahkan kepada Mhissiers untuk komen dan share dengan tujuan membangun, cukup sekian dan semoga bermanfaat~ 
Copyright by: www.khalifahmhis.tk

Introvert? Berani Benar, Berani Beda!

       Harroowww Mhissiers :"), entah kenapa jadi pengen nulis, hmm sedikit terinspirasi dari pengalaman pribadi sih, but who cares :p. Yaudah cek it out kuy!


       Di jaman sekarang begitu banyak kemajemukan yang bisa kita temui. Mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi, begitu banyak orang yang memiliki kebiasaan berbeda. Banyaknya perbedaan itu sudah menjadi kebiasaan dan cara hidup masing-masing orang. Terkadang perbedaan itu bernilai positif atau bahkan negatif. Lalu, bagaimana cara kita mengatasinya?

       Menurut Myer-briggs setiap manusia memiliki kepribadian dari total 16 karakter utama. 'Ekstrovert' atau 'Introvert', 'Intuisi' atau 'Sensing', 'Thinking' atau 'Feeling', serta 'Terbuka' atau 'Terorganisir'. Dari sekian banyak posibilitas yang ada, pastilah dari sifat-sifat dasar itu manusia menjadi terbagi kedalam kelompok-kelompok sosialnya. Mayoritas atau minoritas? Tentu saja banyak yang menjawab mayoritas, karna namanya saja mayoritas, pasti jumlah mereka lebih banyak *herp*.

       Namun pernahkah kamu berpikir bahwa menjadi minoritas itu "menyenangkan"? Sebagai minoritas, saya merasa cukup bangga. Terkadang memang, menjadi bagian minoritas menjadi kendala yang sangat menyulitkan. Masyarakat seringkali men-judge saya dengan cepat, dan tentu saja saya tidak bisa menyalahkan mereka. Terkadang saya merasa sangat sulit mendapatkan teman, dan banyak hal lainnya yang terkesan sebagai bentuk 'indimidasi' sebagai golongan minoritas. Tetapi sebenarnya, menjadi minoritas tidaklah se-menyedihkan itu. Intinya, kita harus tetap percaya diri ketika kita telah yakin pilihan yang kita buat benar.


       Jadi minoritas itu menyenenangkan! Kita jadi tidak perlu memilih-milih kelompok berteman. Kita bisa bersikap setulus yang kita mau kepada orang yang telah kita percaya, karena hubungan yang kita buat begitu intim (bukan hub intim lho ya -_-) wkwk. Jikalau tidak suka, kita tidak perlu berpura-pura jadi orang yang sok baik demi mendapatkan sesuatu. Bayangkan saja, apa jadinya jika semua yang ada di dunia ini didasari atas dasar politik? Oleh karena itulah ketulusan merupakan hal yang sangat sulit sekali di jumpai sekarang. Maka ketika semua orang mencari dan berusaha mendapatkan itu, mengapa kita tidak menjadi orang itu? Kita bisa 'menjadi' daripada 'meminta'. Tentu jika setiap hubungan setulus itu, takkan ada lagi perang dan persilisihan, karena semuanya tulus dan saling mencintai satu sama lain (apalagi dicintai kamu >///< kyaaa).

     Perbedaan itu pasti ada, oleh karena itu nilailah segala sesuatu dengan objektif bahwa meskipun ketika sesuatu telah menjadi bagian dari 'mayoritas' hal itu memang membuatnya terlihat lebih 'wajar', namun ingatlah bahwa "Yang banyak belum tentu benar". Jadilah diri sendiri yang membawa semangat dan aura positif atas dasar ketulusan. Jangan takut untuk berbeda dan menjadi bagian yang 'sedikit' itu, karena meski "Yang sedikit belum tentu benar juga" namun "Yang benar pasti lebih sedikit jumlahnnya". Beranilah untuk benar! Beranilah untuk berbeda!


Cukup sekian posting kali ini, Saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari Mhissiers :D. Mohon maaf atas segala salah yang saya lakukan dan Terimakasih~ 

Copyright by: www.mhis25.tk